Senin, 16 Mei 2016

Tahap Pertumbuhan, Perkembangan dan Kebutuhan Anak



Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak         
1.      Hakikat pertumbuhan
Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahan ukuran, volume serta jumlah sel yang ditandaidengan bertambah panjang, berat dan tinggi mahluk hidup yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke bentuk semula) dan kuantitatif (dapat diukur). Pertumbuhan cenderung bersifat kuantitatif dan berkaitan dengan aspek fisik. Contoh: ukuran berat dan tinggi badan.
2.      Hakikat Perkembangan
Perkembangan adalah suatu proses dari organisme muda menuju keadaan yang lebih dewasa (matang secara seksual sehingga dapat melakukan reproduksi), serta tidak bersifat kualitatif (tidak dapat diukur). Perkembangan cenderung lebih bersifat kualitatif, berkaitan dengan pematangan fungsi organ individu.
3.      Perkembangan Masa Pranatal.
Masa yang dimulai dari terjadinya konsepsi atau pembuahan antara sel kelamin laki-laki dan sel telur sampai seorang bayi dilahirkan. Periode pranatal berlangsung selama 280 hari atau kurang lebih 40 minggu yang dihitung mulai dari sesudah hari menstruasi terakhir.
4.      Perkembangan Masa Anak-anak awal
Masa anak-anak awal terjadi pada rentang usia 2-6 tahun, umumnya masuk kelompok bermain dan taman kanak-kanak.
1.)    Perkembangan Fisik
Anak mengalami kemajuan yang semakin melambat apabila dibandingkan pada masa bayi. Setiap tahun hanya terjadi pertambahan tinggi 6,25 cm dan berat 2,5 – 3,5 kg. Postur tubuh anak pada masa anak-anak awal ada yang gemuk (endomorfik), berotot (mesomorfik), dan kurus (ektomorfik).
2.)    Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik mengalami penyempurnaan dari ketrampilan yang diperoleh sebelumnya. Pada masa prasekolah, anak-anak harus terampil mandi, berpakaian, menyisir rambut, dan mengikat tali sepatu sendiri. Keterampilan bermain yang menggunakan tangan dan kaki juga sudahdikuasai dengan baik.
3.)    Perkembangan Kognitif
Anak-anak awal berada pada tahap perkembangan praoperasional, ditandai dengan kemampuan operasional yang kacau dan belum terorganisasi. Semakin berkembang fungsi simbolis (anak mampu bermain pura-pura), tingkah laku imitasi langsung maupun tertunda, cara berpikirnya masih egosentris, terpusat pada dimensi.
4.)    Perkembangan Sosial
Anak belajar bahasa dengan model-model yang ada di lingkungannya. Dari bermain anak belajar sejumlah peraturan sosial. Perkembangan self diawali daei perasaan diri secara fisik, kemudian berkembang menjadi perasaan diri yang lebih bersifat psikologis.
5.)    Perkembangan emosional
Anak-anak yang mengalami konflik dan tidak mampu menyatakan secara verbal akan mencoba menyelesaikan konfliknya dengan kekuatan fisik. Pada masa ini, anak sudah mampu menggunakan bahasa untuk member nama pada emosi yang sedang dialami. Banyak anak yang mengalami perasaan takut, perlu membicarakannya dan tetap memberikan rasa aman.
5.      Perkembangan Masa Anak-anak Akhir
Masa anak-anak akhir terjadi pada rentangan usia 11 tahun, sering disebut masa usia sekolah atau masa SD.
1.)    Perkembangan Fisik
Pertumbuhn fisik cenderung lebih stabil. Anak lebih tinggi, berat, kuat, dan belajar berbagai keterampilan. pada prinsipnya selalu aktif bergerak merupakan hal penting bagi anak. Perubahan nyata terlihat pada sistem tulang, otot dan keterampilan gerak.
2.)    Perkembangan Motorik
Pada masa ini, perkembangan motorik menjadi lebih halus dan terkoordinasi dari pada masa anak-anak awal. Pada keterampilan motorik kasar yang meliputi kegiatan otot besar, anak laki-laki biasanya lebih cekatan daripada anak perempuan.
3.)    Perkembangan Kognitif
Anak-anak akhir berada dalam tahap operasional konkret sehingga konsep yang semula samar-samar menjadi konkret. Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah aktual dan berpikir logis. Laki-laki lebih pandai dalam kemampuan verbal.
4.)    Perkembangan Sosial
Waktu yang dihabiskan oleh orang tua untuk mengasuh, mengajar berbicara dan bermain dengan anak-anak mereka yang berusia 5 hingga 12 tahun kurang dari setengah dari waktu yang dihabiskan ketika anak-anak masih kecil. Persahabatan penting bagi anak-anak karena berfungsi sebagai kawan, pendorong dukungan fisik, dukungan EGO, perbandingan sosial, dan keakraban/afeksi.
5.)    Perkembangan Emosional
Anak-anak akhir mengalami peningkatan kemampuan dalam memahami emosi yang kompleks seperti rasa kebanggaan dan rasa malu. Peningkatan kemampuan dalam memahami emosi ditandai adanya peningkatan kemampuan untuk menekan atau menyembunyikan reaksi emosi yang negatif.

Hukum-Hukum Perkembangan
Dalam perkembangan manusia terdapat hukum-hukum yang diperoleh melalui penelitian, kajian teori dan praktek. Carol Getwicki (1995) mengemukakan bahwa:
1.      Dalam perkembangan terdapat urutan yang dapat diramalkan.
2.      Perkembangan pada suatu tahap merupakan landasan bagi perkembangan berikutnya.
3.      Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu yang optimal.
4.      Perkembangan itu maju berkelanjutan dan semua aspek-aspeknya merupakan kesatuan yang saling mempengaruhi.
5.      Setiap individu berkembang sesuai dengan waktunya masing-masing.
6.      Perkembangan berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang umun ke yang khusus.
Menurut Sutterly Donnely (1973) terhadap 10 prinsip dasar pertumbuhan.
1.      Pertumbuhan adalah kompleks, semua aspek-aspeknya berhubungan sangat erat.
2.      Pertumbuhan mencakup hal-hal kuantitatif dan kualitatif.
3.      Pertumbuhan adalah proses yang berkesinambungan dan terjadi secara teratur.
4.      Pada pertumbuhan dan perkembangan terhadap keteraturan arah.
5.      Tempo pertumbuhan tiap anak tidak sama.
6.      Aspek-aspek berbeda dari pertumbuhan, berkembang pada waktu dan kecepatan berbeda.
7.      Kecepatan dan pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
8.      Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat masa-masa kritis.
9.      Pada suatu organisme akan kecenderungan untuk mencapai potensi perkembangan yang maksimum.
10.  Setiap individu tumbuh dengan caranya sendiri yang unik.
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi pengalaman. Di dalamnya tercakup perubahan-perubahan afektif, motorik dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh sebab-sebab lain.
Albert bandura (1969) menjelaskan sistem pengendalian perilaku belajar adalah perubahan sebagai fungsi pengalaman. Didalamnya tercakup perubahan-perubahan afektif, motorik dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh sebab-sebab lain.
Albert bandura (1969) menjelaskan sistem pengendalian perilaku. Stimulus control. Perilaku yang muncul dibawah pengendalian eksternal, seperti bersin, bernafas dan mengedipkan mata. Outcome control. Perilaku yang dilakukan untuk mencapai hasilnya, berorientasi pada hasil yang akan dicapai. Symbolic control. Perilaku yang diarahkan oleh kata-kata yang dirumuskan, atau diarahkan oleh antisipasi yang diimajinasikan dari hasil yang akan dicapai.
Beberapa ide umum tentang pengalaman belajar:
1.      Keterlibatan dalam pengalaman belajar mempunyai pengaruh penting terhadap pembelajaran.
2.      Suasana yang bebas dan penuh kepercayaan akan menunjang kehendak peserta didik untuk mau melaksakan tugas sekalipun memgandung resiko.
3.      Strategi yang mendalam dapat dipergunakan namun pengaruh penting terhadap beberapa aspek seperti: usia,kematangan, kepercayaan dan pengahargaan terhadap orang lain.
4.      Pada umumnya pembelajaran berpengaruh kepada hal-hal khusus seperti menghargai orang lain dan bersikap hati-hati kepada yang baru dikenal.
5.      Terdapat banyak pengaruh yang dapat dipelajari melalui model (orang tua dan guru) sedang peserta didik berusaha menirunya.
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah dalam situasi-situasi antara pribadi. Kepada guru diharapkan untuk menyadari bahwa setiap orang mempunyai cara yang tertentu untuk mempelajari informasi baru agar tercapai semaksimum mungkin. Pengalaman belajar seseorang sangat erat kaitannya dengam gaya belajar, cara belajarnya, yang dipengaruhi oleh berbagai variabel, yaitu faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan.
Pada awal pengalaman belajar, langkah pertama yang perlu dilakukan ialah mengenali modalitas kita masing-masing yaitu bagaimana menyerap informasi dengan mudah. Apakah modalitas kita visual, yaitu belajar melalui apa yang dilihat, audotorial yaitu melalui apa yang didengar, atau kinestetik yaitu melalui gerak dan sentuhan.
Dalam belajar, guru hendaknya mampu mengkomunikasikan materi dan menyampaikan informasi dengan menggunakan berbagai metode mengajar agar setiap anak dapat menyerap dan memahaminya untuk kemudian digunakan pada saat diperlukan. Hal ini dapat dicapai bila guru mengetahui karakteristik murid-muridnya yang visual, yang auditorial maupun kinestetik.
Konsepsi pengajaran tradisional yang mementingkan perkembangan intelektual kemudian berubah. Sekolah yang modern lebih memerhatikan seluruh pribadi anak itu, baik mengenai segi emosi, sosial, jasmani maupun segi intelektualnya. Sekolah berusaha dengan sengaja mengembangkan semua aspek pribadi anak dengan memberikan bahan pelajaran yang sesuai dan dengan cara penyampaian yang bervariasi.
Sebenarnya pribadi anak itu tidak dapat dipecah-pecah beberapa bagian yang terpisah-pisah. Dalam segala tindakannya manusia itu bersikap sebagai suatu keseluruhan yang utuh.

Perkembangan Otak anak
Perkembangan otak merupakan salah satu aspek perkembangan fisik peserta didik yang sangat penting dipelajari dan dipahami oleh oang tua, guru atau calon guru. Hal ini karena otak menjadi penentu utama keberhasilan prose pendidikan. Dengan kata lain, susunan dan cara kerja otak sangat mempengaruhi kecerdasan seseorang.
Otak adalah sebuah sistem biologis manusia yang sengaja diciptakan oleh Allah SWT. Untuk mengindra dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya. Otak ada untuk mengoptimalkan perilaku, sehingga tuubuh mampu menghadapi tantangan dan kesempatan yang datang setiap saat. Pada saat yang sama, otak juga membangkitkan kewaspadaan. Aktivitas sel saraf terorganisasi akan dirasakan sebagai aktivitas mental yang teratur.
Karena otak merupakan sentral dari semua aktivitas manusia, baik aktivitas organ yang ada didalam maupun aktivitas pancaindra yang ada diluar, maka perkembangan otak jelas mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap semua aspek perkembangan lain. Dalam hal ini McDevittdan Ormrod (2002) menulis, “The human brain is a complex organ that regulates basic physiological function (e.g.,respiration and heart rate), sensation of pleasure and pain, motor skill and coordination, emotional responsses and intellectual pursuits.“ Elizabeth B. Hurlock (1981) juga menyatakan: “Growth and developmentof the brain and nervous system affect all aspects of the child’s development.”
Jadi, meskipun otak hanyalah suatu organ dengan berat sekitar 1,2 kg atau 2 % dari berat seluruh tubuh, tetapi ia mempunyai peranan sangat penting dalam mengendalikan seluruh fungsi tubuh lainnya, seperti mengingat, konsentrasi, mengantuk, emosi, tingkah laku, dan sebagainya. Otak adalah organ yang paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta ini. Otak adalah satu-satunya bagian tubuh yang paling berkembang dan secara otomatis dalam mempelajari dirinya senidir. Otak adalah organ yang apabila dirawat dan dipelihara secara teratur dapat bertahan lebih dari seratus tahun. Tidak seperti organ-organ tubuh lain, yang kian tua kian rusak, otak justru makin tua makin menunjukan fungsi yang kian luas dan lebar. Kian tua usia seseorang, karena pengalaman hidup bertambah banyak, interkoneksi antarsel saraf (neuron) kian padat dalam otak. Otak memang dibentuk dan terus-menerus berubah, dalam jangka milidetik demi milidetik, menurut pengalaman hidup masing-masing. Kelebihan otak terletak pada sifat plastisnya, kapasitas otak untuk berubah dan berkembang (Taufiq Paisak, 2003).
Perkembangan otak juga dipengaruhi oleh interaksi hereditas dan lingkungan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Johnson (1998), ”the constructive process by which genes interact with their environtment to yield complex organic structures such as the human brain and the cognitive processes it supports.”
Otak mulai tumbuh dan berkembang sejak bayi masih dalam kandungan, tepatnya setelah usia kehamilan 8 minggu. Susunan saraf pusat atau otak merupakan organ yang pertama kali terbentuk. Pada awalnya dimulai dengan pembentukan lempeng saraf (neural plate) pada sekitar hari ke-16 kehamilan. Kemudian, lempeng saraf ini menggulung membentuk tabung saraf (neural tube) pada hari ke-22. Lalu, mulailah diproduksi sel-sel saraf.
Pada hari ke35 kehamilan atau sekitar minggu kelima, mulai terlihat cikal-bakal otak besar di ujung tabung saraf. Selanjutnya, terbentuklah batang otak, otak kecil dan bagian-bagian lainnya. Mulai usia delapan minggu kehamilan, terjadilah produksi sel saraf luar biasa cepatnya, kira-kira mencapai 250 ribu per detik. Pertumbuhan dan perkembangan otak juga berlangsung cepat sekali, terutama mulai di trimester ketiga, kira-kira saat kehamilan berumur 25 minggu hingga anak berusia 2 tahun.
Proses perkembangan otak seseorang, 90% terjadi pada 5 tahun pertama hidupnya. Ini berarti masa balita menjadi sangat penting bagi perkembangan otak. Proses perkembangan otak di setiap fase dipengaruhi oleh faktor-faktor penting, yang meliputi; pengalaman sehari-hari, respons yang diterima, asupan nutrisi, aktivitas dan yang tak kalah penting adalah faktor genetis.
Janin – 5 tahun. Di lima tahun pertama kehidupan si kecil ini, fase perkembangan otaknya terbagi atas dua tahap : 0 – + 10 bulan (Janin). Pada masa ini bagian-bagian otak mulai terbentuk, neuron (sel saraf) mulai tumbuh. Ini adalah masa paling penting dalam proses perkembangan otak anak karena akan terbentuk lebih dari 100 milyar sel sel saraf / neuron.
Lahir – 6 tahun.Setelah lahir, fase perkembangan otak yang dialami si kecil adalah pembentukan hubungan-hubungan/koneksi antara bermilyar-milyar sel saraf yang sudah terbentuk dan pematangan fungsi bagian-bagian otak yang digunakan untuk mengontrol gerak tubuh, berpikir, dan berpresepsi. Bagian otak yang paling berkembang pada fase ini adalah Frontal Lobes. Bagian otak ini mengembangkan emosi, kedekatan, proses perencanaan, dan daya ingat. Pengenalan dan rasa nyaman anak terhadap diri sendiri juga berkembang pesat pada masa ini, sementara pengalaman sehari-hari akan membentuk kenyamanan emosional.
Saat berusia 6 tahun, berat otak anak telah mencapai 95% berat otak orang dewasa dan proses pematangan fungsi otak pada periode tumbuh-kembang ini membutuhkan energi dalam jumlah banyak dibandingkan periode lain. Berikan anak berbagai kesempatan, dan respons dia dengan kasih sayang. Sebaliknya perlakuan negatif atau kasar akan memicu perkembangan emosi yang tidak stabil di masa depan.
Usia sekolah
Proses perkembangan otak di usia sekolah terus berlangsung dan sebenarnya merupakan bagian dari proses perkembangan hingga dewasa (usia produktif, siap bekerja) 7 – 12 tahun. Pada tahapan ini hubungan antarsaraf, atau dikenal sebagai ‘grey matter’ yaitu proses menyambungkan bagian-bagian otak terus berlangsung dan diperkuat. Pengulangan stimulasi akan memperkat hubungan-hubungan yang telah terjalin. Jaringan lemak yang menyelimuti sel saraf atau sering disebut sebagai ‘white matter’ bertambah banyak, sehingga terjadi percepatan penyampaian sinyal yang berarti otak bekerja sangat baik untuk mengontrol sistem tubuh, dan hubungan antara sel saraf menjadi stabil.Pada tahapan ini, bagian yang paling terakhir mencapai kematangan adalah Prefrontal cortex. Bagian otak ini berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan, juga pengambilan keputusan. Tak heran jika banyak remaja terlihat sulit mengendalikan tubuh mereka. Cenderung bergerak cepat, atau sebaliknya kikuk bergerak. Pada usia ini, orang tua sebaiknya merangsang anak untuk dapat mengendalikan gerak tubuh. Caranya adalah dengan mengajaknya berolahraga. Umumnya gerakan- gerakan olahraga memiliki tujuan tertentu yang dapat merangsang anak menggerakan tubuhnya, sehingga terlatih dan terarah. Sesungguhnya fase perkembangan usia ini berlangsung hingga seseorang mencapai usia 22 tahun. Pada usia tersebut, otak akan mencapai performa terbaik, dalam fungsi dan respons.

Perbedaan Individual dan Jenis Kebutuhan Anak Usia Sekolah Dasar
1.      Perbedaan Individual Anak Usia SD/MI
Perbedaan individual seorang anak akan terjadi pada setiap aspek perkembangan anak itu. Aspek perkembangan tersebut diantaranya adalah pada aspek perkembangan fisik, intelektual, moral, maupun aspek kemampuan.
Perbedaan pada aspek perkembangan fisik jelas terlihat dari perbedaan bentuk, berat, dan tinggi badan. Selain itu, perbedaan fisik juga dapat diidentifikasi dari segi kesehatan anak. Sedangkan perbedaan pada aspek perkembangan intelektual dapat dilihat sejalan dengan tahapan usia, kemampuan anak pun meningkat. Namun demikian, karena pengaruh berbagai faktor, kemampuan diantara anak-anak tersebut bisa berbeda. Misalnya, si A pada usia 7 tahun sudah bisa membuat suatu karangan yang bersifat aplikasi dari suatu konsep, tetapi si B pada usia yang sama belum bisa melakukan hal yang dilakukan A.
Pieget dan Kohlberg masing-masing mempunyai pandangan tersendiri tentang perbedaan pada aspek perkembangan moral. Pieget mempunyai pandangan bahwa moralitas berkembang pada dua tahap utama, yaitu tahap hambatan moralitas dan moralitas kerja sama sedangkan Kohlberg melukiskan tiga tingkatan alasan moral, yaitu pra-conventional morality, conventional morality dan post-conventional morality.
Pebedaan kemampuan seorang anak bisa mencakup perbedaan dalam berkomunikasi, bersosialisasi atau perbedaan kemampuan kognitif. Faktor yang menonjol dalam bentuk kemampuan kognitif adalah faktor pembentukan lingkungan alamiah dan yang dubuat.
2.      Jenis-jenis Kebutuhan Anak Usia SD/MI
Istilah "kebudayaan","dorongan", atau "motif" pada kehidupan sehari-hari sering digunakan secara bergantian. Namun demikian, secara konsep ada perbedaan diantaranya kebutuhan lebih megacu pada keadaan dimana seseorang terdorong melakukan sesuatu karena adanya kekurangan pada jaringan-jaringan didalam dirinya dan lebih bersifat fisiologis. Sedangkan dorongan atau motif merupakan kebutuhan tingkat tinggi yang bersifat psikologis.
Banyak ahli dibidangnya melakukan penggolongan terhadap aspek-aspek kebutuhan, dan pada umumnya bisa dikatakan sama intinya. Cole dan Bruce (1959) membagi kebutuhan menjadi dua golongan yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis. Sedangkan A.Maslow (1954) membagi kebutuhan menjadi 7 tingkatan atau jenjang yang mendasar hingga kebutuhan yang paling kompleks.
Dalam kaitannya dengan perbedaan individu pada anak usia SD, digunakan penggolongan kebutuhan oleh Lindgren (1980) berupa kebutuhan yaitu kebutuhan jasmaniah, perhatian, dan kasih sayang, kebutuhan untuk memiliki dan aktualisasi diri.
Hurlock (1978) menyatakan bahwa dalam pemenuhan beberapa kebutuhan anak, disiplin dapat digunakan. Sedangkan DeCecco dan Grawford (1974) mengajukan 4 sikap guru dalam memberikan dan meningkatkan motivasi siswa.

Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah
Perkembangan fisik pada masa ini terjadi sangat cepat dan disebut masa pubertas, pubertas adalah waktu perkembangan fisik yang sangat cepat, menandakan akhir masa kanak-kanak dan awal kematangan seksual. Pertumbuhan dan perkembangan fisik sangat nyata pada peserta didik usia ini, baik perempuan maupun laki-laki.
Waktu pubertas pada setiap peserta didik berbeda-beda, namun demikian pasti setiap peserta didik akan mengalaminya, keduanya akan mengalami perkembangan secara struktural dan hormonal yang mencerminkan kesiapan reproduksi seksual mereka. Kecepatan perkembangan seksual remaja dewasa bervariasi, awal pubertas wanita dan pria berada pada kisaran usia 6 sampai 7 tahun. Ketika memasuki usia 14 tahun misalnya, seseorang cenderung menunjukkan perkembangan yang berbeda dengan yang lainnya.
Perkembangan hormon “bertanggungjawab” bagi pengembangan dari kedua karakter seks, baik seks primer (primary sex characteristics), struktur yang secara langsung berhubungan dengan reproduksi maupun seks sekunder ( secondary sex characteristics), struktur yang tidak berhubungan langsung dengan reproduksi. Selama masa kanak-kanak, laki-laki menghasilakan hormon endrogen sama dengan perempun yang menghasilkan hormon esterogen. Pada masa pubertas, kelenjar pituitary merangsang perubahan hormon diseluruh tubuh, termasuk dalam kelenjar adrenal, endokrin. Waktu pubertas merupakan hasil kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, dan kesehatan.
Perempuan umumnya mulai pubertas beberapa tahun lebih awal daripada anak laki-laki, sekitar usia 11-12 tahun. Peningkatan esterogen memicu terjadinya pubertas pada anak perempuan. Sekitar usia 12 atau 13 tahun perempuan mulai menstruasi. Peningkatan hormon testosteron memicu masa pubertas pada anak laki-laki sekitar usia 12 hingga 14 tahun.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja antara lain :
1.      Faktor keluarga, yaitu meliputi faktor keturunan dan lingkungan keluarga
2.      Faktor gizi, yang erat hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi
3.      Faktor emosional, yang bertalian dengan gangguan emosional yang dialami selama perkembangan
4.      Faktor jenis kelamin, dimana laki-laki cenderung memiliki ukuran tubuh lebih tinggi dan lebih berat dibanding wanita
5.      Faktor kesehatan.
Pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan tingkah laku remaja, yang hal ini tampak pada perilaku yang canggung dalam proses penyesuaian diri remaja, isolasi diri dari pergaulan, perilaku emosional seperti gelisah dan mudah tersinggung serta “melawan” kewenangan, dan semacamnya.
1.      Masalah kesehatan
Masalah kesehatan remaja erat kaitannya dengan status ekonomi sosial yang rendah, pola makan yang buruk, perawatan kesehatan yang tidak memadai, berani mengambil kegiatan beresiko, masalah kepribadian dan gaya hidup. Tiga kemungkinan masalah kesehatan
utama yaitu gangguan makan, depresi dan penyalah gunaan zat.
2.      Gangguan makan
Gangguan makan dapat muncul akibat keasyikan dengan makanan sehingga dapat berdampak obesitas (obesity) atau kegemukan pada remaja. Obesitas disertai dengan potensi stigma sosial, tekanan psikologis, dan masalah kesehatan kronis. Kebiasaan mengurangi makanan untuk menghindari kegemukan bisa juga berbahaya, dapat menimbulkan anoreksia nervosa atau kelaparan. Anoreksia yang khas adalah model remaja yang menyiapkan makanan tapi sedikit memakan. Dia mungkin perfeksionis dan mengalami distrorsi persepsial atas bahaya kegemukan. Erat kaitannya dengan anoreksia adalah bulimia nervosa, berupa gangguan yang mengikuti pola pembersihan makan yang sudah dimakan, setelah makan sampai kenyang, bulimia muntah, mengambil obat pencahar atau olahraga untuk membakar kalori yang baru saja dimakan. Penyakit ini lebih umum menimpa wanita dibanding pria, para pakar belum mengetahui pasti penyebab gangguan makanan ini.
3.      Depresi
Depresi merupakan penyakit yang mengguncang kejiwaan, sebanyak 40 persen remaja memiliki masa depresi, jenis gangguan mood yang ditandai dengan perasaan harga diri rendah dan tak berharga, hilangnya minat dalam aktivitas kehidupan, serta perubahan pola makan dan tidur. Depresi remaja sering disebabkan oleh perubahan hormon, tantangan hidup, atau masalah
penampilan. Perempuan remaja lebih banyak menderita depresi atau stress berat dibanding laki-laki.
4.      Penyalah gunaan zat
Narkotika sangat popular dikalangan remaja, obat-obatan terlarang seolah menjadi trend sebagai bentuk penegasan diri sebagai remaja. Penggunaan narkoba di negara berkembang diyakini jumlahnya semakin bertambah besar.
Beberapa remaja, termasuk peserta didik menyalahgunakan zat atau obat-obatan telarang untuk menghindari rasa sakit, mengatasi stress sehari-hari, atau untuk kepentingan solidaritas dengan teman-teman mereka. Penggunaan alkohol dan nikotin atau tembakau merupakan kebiasaan karena mudah didapat dan harga terjangkau.  Bagi anak- anak tidak mampu sering membeli lem karet dan menciumnya sampai teller sehingga suasana kesadaran menjadi semu. Penyalahgunaan zat memerlukan perhatian yang khusus dari berbagai pihak terutama orang tua, Karena jika mereka kecanduan obat maka akan sangat sulit untuk dhilangkan.
A.    Perkembangan kognitif
Menurut Pigeat, peserta didik mencapai tahap operasi formal pada usia 12 tahun atau lebih, dimana mereka mengembangkan alat baru untuk memanipulasi informasi. Pada fase sebelumnya ketika mereka sebagai anak-anak mereka hanya berfikir konkret. Ketika memasuki tahap operasi formal mereka bisa berfikir abstrak dan deduktif. Peserta didik pada tahap ini juga mempertimbangkan kemungkinan masa teman, mencari jawaban kemungkinan, menangani masalah dengan flexibel, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan atas kejadian yang mereka tidak mengalaminya secara langsung.
B.     Pengembangan intelektual
Menurut kamus Webster New World Dictionary of Ameriak Languange, istilah intellect berarti: Kecapakan untuk berfikir, mengamati atau mengerti, kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. Dengan demikian kecakapan berbeda dari kemauan dan perasaan.
Menurut Robert Sternberg, kecerdasan terdiri dari tiga aspek :
§  Kecerdasan komponensial (componential intelligence) adalah aspek kritis, bermakna kemampuan untuk menggunakan strategi pemrosesan informasi internal ketika peserta didik mengidentifikasi dan berfikir tentang pemecahan masalah dan mengevaluasi hasil. Selain itu juga termasuk metakognisi yaitu sebuah proses kesadaran kognitif seseorang, yaitu suatu kemampuan pribadi yang oleh beberapa ahli di klaim sebagai sangat penting untuk memecahkan aneka masalah.
§  Kecerdasan eksperiental adalah kemampuan mentransfer pembelajaran secara efektif untuk memperoleh keterampilan baru. Dengan kata lain, kecerdasan eksperiental adalah kemampuan untuk membandingkan informasi lama dengan baru, dan untuk menempatkan fakta bersama dengan cara- cara yang asli. Individu yang kuat dengan kecerdasan pengalaman akan mampu mengatasi dengan baik hal-hal baru dan cepat belajar membuat tugas-tugas baru secara otomatis.
§  Kecerdasan kontektual adalah kemampuan untuk menerapkan kecerdasan praktis, termasuk memiliki kepedulian sosial, budaya dan konteks historis. Individu yang kuat dalam kecerdasan kontekstual dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan mereka, dapat berubah ke lingkungan yang lainnya, dan bersedia memperbaiki lingkungan mereka bila diperlukan.
Faktor –faktor yang mempengaruhi intelektual seseorang adalah :
§  Bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif.
§  Banyak pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berfikir proporsional.
§  Adanya kebebasan berfikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam penyusunan hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
C.      Pengembangan moral dan penilaian
Moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto:1957:957), dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu didihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali bertingkah laku.

Implikasi karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
1.      Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Dasar
Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat lagsung dalam pembelajaran.
Menurut Havighurst tygas perkembangan anak usia SD adalah sebagai berikut:
a.       Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.
b.      Membina hidup sehat.
c.       Bergaul dan bekerja dalam kelompok.
d.      Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
e.       Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
f.       Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir efektif.
g.      Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai.
h.      Mencapai kemandirian pribadi.
Dengan adanya karakteristik perkembangan tersebut menuntut guru untuk:
a.       Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.
b.      Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya berkembang.
c.       Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep; serta
d.      Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai sehingga siswa mampu menentukan pilihan dengan stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.
Pendidikan di SD merupakan jenjang pendidikan yang mempunyai peranan sangat pentingdalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, pemerintah menetapkan pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Program wajib belajar ini bertujuan untuk mengkatkan pemerataan kesempatan bagi setiap anak yang berusia 7-15 tahun untuk memperoleh pendidikan serta untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia hingga mencapai minimal kelas 3 SLTP.
Jenis penyelenggaraan pendidikan pada jenjang sekolah dasar meliputi Sekolah Dasar (SD) baik negri maupun swasta, SD kecil, SD Pamong, SD Luar Biasa baik negri maupun swasta, SD terpadu, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) baik negri maupun swasta.
2.      Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Menengah
Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai berikut:
a.       Adanya kekurangan seimbangan proporsi tinggi dan berat badan;
b.      Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder;
c.       Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing;
d.      Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul dengan banyak orang serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua;
e.       Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa;
f.       Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan;
g.      Reaksi dan ekspresi emosi masih labil;
h.      Kepribadinnya sudah menunjukan pola tetapi belum terpadu;
i.        Kecendrungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas;
Berdasarkan pada karakteristik tersebut maka menuntut guru dalam pembelajaran untuk:
a.       Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topik-topikyang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi;
b.      Menyalurkan hobi dan minat siswa melalui kegiatan-kegiatan yang positif;
c.       Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil;
d.      Meningkatkan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa;
e.       Menjadi teladan atau contoh, serta
f.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.
Satuan pendidikan pada tingkat SLTP meliputi rumpun SLTP (SLTP negri dan swasta, Madradah Tsanawiyah (MTs)negri dan swasta, SMP Kecil, dan SLTP Terbuka), SLTP Luar Biasa (Sekolah Luar Biasa dan SLTP Terpadu), dan Pendidikan Luar Sekolah (Paket B, ujian Persamaan SLTP, Diniyah Wustho dan Pondok Pesantren).
Satuan pendidikan pasa tingkat SLTA meliputi Sekolah Menengah Umum(SMU), Sekolah Menengah Kejuruan(SMK), dan Madrasah Aliyah negri dan swasta, serts Pondok Pesantren.

Sumber:
-          Danim, Sudarman. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
-          Suhada, Idad. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV.Insan Mandiri.
-          Desmita.2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar