Senin, 16 Mei 2016

Perkembangan Fisik, Intelektual, Bahasa dan Psikososisal Anak



Perkembangan Fisik Anak
Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis merupakan salah satu aspek penting dari perk embangan individu. Menurut Seifert dan Hoffnung, (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon dll), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan, dan sebagainya).
Secara garis besarnya, pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap setelah lahir hingga usia tiga tahun, tahap anak-anak hingga masa prapubertas (3-10 tahun), tahap pubertas (10-14 tahun), dan tahap remaja/adolensen (usia 12 tahun keatas). Berdasarkan tahapan diatas, maka anak usia sekolah(SD-SMP) dimasukkan dalam prapubertas dan pubertas awal, sedangkan anak SMP hingga SMA dimasukkan dalam tahap remaja.
Karakteristik Perkembangan Fisik Peserta Didik
Bagi sebagian besar anak, awal masuk kelas satu sekolah dasar merupakan peristiwa penting bagi anak. Dengan masuknya anak kesekolah dasar akan membawa akibat pada perubahan besar dalam pola kehidupannya, seperti perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.
Dilihat dari segi pertumbuhan dan perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar ini merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual pada saat dimana pertumbuhan berkembang pesat. Karena itu, masa ini sering disebut sebagai "periode tenang" sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan "masa tenang", tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
-          Keadaan berat dan tinggi badan Anak Usia Sekolah
Sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas berkembang lebih lambat dari pada bagian bawah. Anggota-anggota badan relatif masih pendek, kepala dan perut relatif masih besar. Selama masa akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6 % dan berat bertambah sekitar 10 % setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg (Mussen, Conger & Kagan, 1969).
-          Masa Pubertas (10-14 tahun)
Pada akhir usia sekolah, anak akan segera memasuki masa yang disebut dengan “pubertas” (berasal dari bahasa Latin “pubescere”, artinya mendapat rambut kemaluan), yakni masa awal terjadinya pematangan seksual. Dalam rangkaian proses pekembangan seseorang, masa puber tidak mempunyai tempat yang jelas. Sulit membedakan antara masa puber dengan masa remaja karena masa puber adalah bagian dari masa remaja dan pubertas sering dijadikan sebagai pertanda awal seseorang memasuki remaja. Ketika seorang anak mengalami pubertas, berarti dia anggap sudah memasuki masa remaja, yakni masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Waktu datangnya masa pubertas tidak dapat diketahui secara pasti. Ada anak-anak yang memulai masa pubertasnya pada usia yang lebih awal dan ada pula yang lebih belakangan. Biasanya, anak perempuan mulai memasuki masa pubertas lebih awal 2 tahun dibandingkan dengan anak laki-laki. Menurut sejumlah ali perkembangan, pada anak perempuan pubertas terjadi sekitar usia 10 tahun, sedangkan pada anak laki-laki terjadi pada usia sekitar 12 tahun.
-          Perubahan Fisik
Pada masa pubertas ini terjadi perubahan fisik secara dramatis atau apa yang disebut dengan “growth spurt” (percepatan pertumbuhan), dimana terjadi perubahan dan percepatan pertumbuhan diseluruh bagian dan dimensi fisik (Zigler & Stevenson, 1993), naik pertambahan berat dan tinggi badan, perubahan dalam proporsi dan bentuk tubuh, maupun pencapaian kematangan seksual (Papalia, Old & Feldman, 2008).
Secara umum, perubahan-perubahan fisik dalam masa pubertas disebabkan oleh matangnya kelenjar pituitari, yakni kelenjar endoktrin yang berhubungan dengan otak, tepat dibawah kelenjar hipotalamus. Kelenjar ini mengeluarkan beberapa hormon, hormon gonadotropik (hormon yang merangsang kegiatan didalam gonad), dan hormon kortikotropik (hormon yang mengatur fungsi-fungsi kulit adrenal).
-          Proporsi Tubuh
Perubahan- Perubahan dalam proporsi tubuh selama masa pubertas, juga terlihat pada perubahan ciri-ciri wajah, dimana wajah anak-anak mulai menghilang, seperti dahi yang semula sempit sekarang menjadi lebih luas, mulut melebar, dan bibir menjadi lebih penuh. Disamping itu dalam perubahan struktur kerangka, terjadi percepatan pertumbuhan otot, sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak dalam tubuh. Perkembangan otot dari kedua jenis kelamin terjadi dengan cepat ketika tinggi meningkat. Akan tetapi, perkembangan otot anak laki-laki lebih cepat, dan mereka memiliki lebih banyak jaringan otot, sehingga anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan.
-          Kematangan Seksual
Kematangan seksual merupakan suatu rangkain dari perubahan –perubahan fisik yang terjadi pada maa pubertas, yang ditandai pada ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu, tetapi urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak, dan terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahan-perubahan tersebut.
-          Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah Dasar
Pada usia sekolah, perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi dengan baik, seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan anak. Anak-anak sudah terlihat mampu mengontrol dan mengkoordinasikan gerakan anggota tubuhnya seperti tangan dan kaki dengan baik. Otot-otot tangan dan kakinya sudah mulai kuat sehingga berbagai aktivitas fisik seperti menendang, melompat, melempar, menangkap dan berlari dapat dilakukan seacara lebiha akurat dan cepat. Disamping itu, anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga berkembang pesat.
Perkembangan Intelektual dan Kalainan Mental
Perkembangan intelektual atau sering juga disebut perkembangan intelegense atau perkembangan kognitif merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan individu manusia. Karena denfan intelektual yang dimilikinya, manusia dicap sebagai makhluk yang sempurna bila dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lainnya. Dengan intelektualnya ini pula, manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Usia 4 tahun intelektual anak adalah 50 % dari otak dewasa, pada usia 9 tahun kemampuan intelektualnya sebesar 80 % dan pada usia 19 tahun adalah 100 %.
1.      Anatomi Otak Anak
Dalam otak anak terdapat apa yang dinamakan korteks,talamus,hippocampus, dan amigadla. Korteks adalah bagian otak berfikir otak dan berfungsi mengendalikan emosi melalui pemecahan masalah, bahasa, daya ingat dan proses kognitif lainnya. Didalam pusat otak sistem limbik merupakan bagian emosional anak. Sistem ini meliputi talamus, yang mengirimkan pesan-pesan ke korteks; hippocampus yang berperan dalam ingatan dan penafsiran persepsi dan amigdala pusat pengendalian emosi.
Susuan otak dan cara otak bekerja mempengaruhi kecerdasan seseorang, baik itu kecerdasan intelejensi ataupun kecerdasan emosional.
2.      Intelegence Quotient dan Emotional Quotient
Intelegence Quotient atau IQ biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif seorang anak. Kemampuan kognitif menurut Pieget dibagi menjadi 4 tahap; yaitu tahap senso motorik (sejak lahir sampai dengan usia 7 tahun), tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7-11 tahun) dan tahap operasional formal (usia 12 tahun ke atas).
Tahap operasi konkret menurut Piaget, kadang-kadang anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi konkret, yaitu pada waktu anak dapat berfikir secara logis mengenai segala sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini berusia kira-kira 11 tahun.
Kemampuan kognitif dapat dikembangkan sejak dini. Namun beberapa kemampuan dasar yang menjadi modal kemampuan kognitif adalah:
a.       Kemampuan berbahasa
b.      Kemampuan membaca dan menulis
c.       Kemampuan mengenali jati diri dan mengolah diri.
Emotional Quotient atau sering disebut EQ merupakan kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri, kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, kemampuan untuk mengenali orang lain dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain (Peter Salovey,Universitas Harvard dan John Mayer, Universitas New Hamshire).
Kecerdasan emosional bukan didasarkan pada kepintaran (kognitif) seorang anak, melainkan pada suatu yang dahulu disebut karakteristik pribadi atau "karakter".
Kriteria EQ menurut John Mayer adalah sebagai berikut:
a.       Empati
b.      Mengungkapkan dan memahami perasaan
c.       Mengendalikan amarah
d.      Kemandirian
e.       Kemampuan memyesuaikan diri
f.       Disukai
g.      Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
h.      Ketekunan
i.        Kesetiakawanan
j.        Kerahaman
k.      Sikap hormat
Hal yang terpenting bagi orang tua dan pendidik adalah memberikan rangsangan IQ dan EQ kepada anak secara seimbang dengan cara mengetahui proses perkembangan otak anak, yaitu dengan cara memberi banyak rangsangan dan contoh-contoh (baik visual ataupun audio) yang baik.
Kelainan mental atau gangguan mental atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku , komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbdaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan mental.
Penyebab
Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan untuk penyakit ini terpusat di rumah sakit jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater , psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental. Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua pilihan pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri.
Pada beberapa kasus terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana hokum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau dinilai memiliki kelainan mental) yang akan mengarah ke berbagai gerakan sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial.
Definisi dan klarifikasi
Definisi dan klasifikasi kelainan mental adalah kunci untuk peneliti sebagaimana juga penyedia layanan dan mereka yang mungkin terdiagnosa.

Keterlambatan dan Kelainan Bahasa
Menurut para pakar, perkembangan fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks diantara seluruh fase perkembangan (Hardiono Pusponegoro, 2003). Fungsi berbahasa seringkali menjadi indikator paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelek. Bersama-sama dengan perkembangan sensori motorik, perkembangan fungsi bahasa akan menjadi fungsi perkembangan sosial.
Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik dan nada suaru dan akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak untuk mengutarakan pikirnnya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata.
Kemungkinan adanya kesulitan berbahasa harus difikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan unit bahasa yang sesuai untuk umurnya. Unit bahasa tersebut dapat berupa suara, kata, dan kalimat. Selanjutnya fungsi berbahasa diatur pula oleh aturan tata bahasa, yaitu bagaimana suara membentuk kata, kata membentuk kalimat yang benar dan seterusnya. Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi.
Sebanyak 1% anak yang mengalami keterlambatan bicara, tetap tidak dapat bicara. 30%  diantara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan sembuh sendiri, tetapi 70% diantaranya akan mengalami kesulitan berbahasa, kurang pandai atau berbagai kesulitan belajar lainnya.
Seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan bahasa jika tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu, tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan, tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15 bulan, tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan
Penyebab gangguan bicara dan berbahasa ini antara lain karena:
·         Sistem syaraf pusat (otak): termasuk ini adalah kelainan mental, autism, gangguan perhatian, serta kerusakan otak.
·         Adanya gangguan pendengaran, gangguan penglihatan maupun kelainan organ bicara.
·         Faktor emosi dan lingkungan: yaitu anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau child abus; mutisme selektif, biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yaitu tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi.

Sumber :
·         Desmita.2009.Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
·         Suhada, Idad. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV.Insan Mandiri.
·         Ryano hack.2010.keterlambatan dan kelainan bahasa.[Online]Tersedia: https://hackz-zone.blogspot.com/2010/04/keterlambatan-dan-kelainan-bahasa.html?m=1
·         Wikipedia.2015.Gangguan mental.[Online]Tersedia: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gangguan_mental

Tidak ada komentar:

Posting Komentar