Hakikat Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak
1. Hakikat
pertumbuhan
Pertumbuhan
adalah suatu proses bertambahan ukuran, volume serta jumlah sel yang
ditandaidengan bertambah panjang, berat dan tinggi mahluk hidup yang bersifat
irreversible (tidak dapat kembali ke bentuk semula) dan kuantitatif (dapat
diukur). Pertumbuhan cenderung bersifat kuantitatif dan berkaitan dengan aspek
fisik. Contoh: ukuran berat dan tinggi badan.
2. Hakikat
Perkembangan
Perkembangan
adalah suatu proses dari organisme muda menuju keadaan yang lebih dewasa (matang
secara seksual sehingga dapat melakukan reproduksi), serta tidak bersifat kualitatif
(tidak dapat diukur). Perkembangan cenderung lebih bersifat kualitatif,
berkaitan dengan pematangan fungsi organ individu.
3. Perkembangan
Masa Pranatal.
Masa
yang dimulai dari terjadinya konsepsi atau pembuahan antara sel kelamin
laki-laki dan sel telur sampai seorang bayi dilahirkan. Periode pranatal
berlangsung selama 280 hari atau kurang lebih 40 minggu yang dihitung mulai
dari sesudah hari menstruasi terakhir.
4. Perkembangan
Masa Anak-anak awal
Masa
anak-anak awal terjadi pada rentang usia 2-6 tahun, umumnya masuk kelompok
bermain dan taman kanak-kanak.
1.)
Perkembangan
Fisik
Anak
mengalami kemajuan yang semakin melambat apabila dibandingkan pada masa bayi.
Setiap tahun hanya terjadi pertambahan tinggi 6,25 cm dan berat 2,5 – 3,5 kg.
Postur tubuh anak pada masa anak-anak awal ada yang gemuk (endomorfik), berotot
(mesomorfik), dan kurus (ektomorfik).
2.)
Perkembangan
Motorik
Perkembangan
motorik mengalami penyempurnaan dari ketrampilan yang diperoleh sebelumnya. Pada
masa prasekolah, anak-anak harus terampil mandi, berpakaian, menyisir rambut,
dan mengikat tali sepatu sendiri. Keterampilan bermain yang menggunakan tangan
dan kaki juga sudahdikuasai dengan baik.
3.)
Perkembangan
Kognitif
Anak-anak
awal berada pada tahap perkembangan praoperasional, ditandai dengan kemampuan
operasional yang kacau dan belum terorganisasi. Semakin berkembang fungsi
simbolis (anak mampu bermain pura-pura), tingkah laku imitasi langsung maupun
tertunda, cara berpikirnya masih egosentris, terpusat pada dimensi.
4.)
Perkembangan
Sosial
Anak
belajar bahasa dengan model-model yang ada di lingkungannya. Dari bermain anak
belajar sejumlah peraturan sosial. Perkembangan self diawali daei perasaan diri
secara fisik, kemudian berkembang menjadi perasaan diri yang lebih bersifat
psikologis.
5.)
Perkembangan
emosional
Anak-anak
yang mengalami konflik dan tidak mampu menyatakan secara verbal akan mencoba
menyelesaikan konfliknya dengan kekuatan fisik. Pada masa ini, anak sudah mampu
menggunakan bahasa untuk member nama pada emosi yang sedang dialami. Banyak anak
yang mengalami perasaan takut, perlu membicarakannya dan tetap memberikan rasa aman.
5. Perkembangan
Masa Anak-anak Akhir
Masa
anak-anak akhir terjadi pada rentangan usia 11 tahun, sering disebut masa usia
sekolah atau masa SD.
1.)
Perkembangan
Fisik
Pertumbuhn
fisik cenderung lebih stabil. Anak lebih tinggi, berat, kuat, dan belajar
berbagai keterampilan. pada prinsipnya selalu aktif bergerak merupakan hal
penting bagi anak. Perubahan nyata terlihat pada sistem tulang, otot dan keterampilan
gerak.
2.)
Perkembangan
Motorik
Pada
masa ini, perkembangan motorik menjadi lebih halus dan terkoordinasi dari pada
masa anak-anak awal. Pada keterampilan motorik kasar yang meliputi kegiatan
otot besar, anak laki-laki biasanya lebih cekatan daripada anak perempuan.
3.)
Perkembangan
Kognitif
Anak-anak
akhir berada dalam tahap operasional konkret sehingga konsep yang semula samar-samar
menjadi konkret. Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan
masalah-masalah aktual dan berpikir logis. Laki-laki lebih pandai dalam kemampuan
verbal.
4.)
Perkembangan
Sosial
Waktu
yang dihabiskan oleh orang tua untuk mengasuh, mengajar berbicara dan bermain dengan
anak-anak mereka yang berusia 5 hingga 12 tahun kurang dari setengah dari waktu
yang dihabiskan ketika anak-anak masih kecil. Persahabatan penting bagi
anak-anak karena berfungsi sebagai kawan, pendorong dukungan fisik, dukungan
EGO, perbandingan sosial, dan keakraban/afeksi.
5.)
Perkembangan
Emosional
Anak-anak
akhir mengalami peningkatan kemampuan dalam memahami emosi yang kompleks
seperti rasa kebanggaan dan rasa malu. Peningkatan kemampuan dalam memahami
emosi ditandai adanya peningkatan kemampuan untuk menekan atau menyembunyikan
reaksi emosi yang negatif.
Hukum-Hukum Perkembangan
Dalam
perkembangan manusia terdapat hukum-hukum yang diperoleh melalui penelitian,
kajian teori dan praktek. Carol Getwicki (1995) mengemukakan bahwa:
1. Dalam perkembangan terdapat urutan yang
dapat diramalkan.
2. Perkembangan pada suatu tahap merupakan
landasan bagi perkembangan berikutnya.
3. Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu
yang optimal.
4. Perkembangan itu maju berkelanjutan dan
semua aspek-aspeknya merupakan kesatuan yang saling mempengaruhi.
5. Setiap individu berkembang sesuai dengan
waktunya masing-masing.
6. Perkembangan berlangsung dari yang
sederhana kepada yang kompleks, dari yang umun ke yang khusus.
Menurut
Sutterly Donnely (1973) terhadap 10 prinsip dasar pertumbuhan.
1. Pertumbuhan
adalah kompleks, semua aspek-aspeknya berhubungan sangat erat.
2. Pertumbuhan
mencakup hal-hal kuantitatif dan kualitatif.
3. Pertumbuhan
adalah proses yang berkesinambungan dan terjadi secara teratur.
4. Pada
pertumbuhan dan perkembangan terhadap keteraturan arah.
5. Tempo
pertumbuhan tiap anak tidak sama.
6. Aspek-aspek
berbeda dari pertumbuhan, berkembang pada waktu dan kecepatan berbeda.
7. Kecepatan
dan pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
8. Pada
pertumbuhan dan perkembangan terdapat masa-masa kritis.
9. Pada
suatu organisme akan kecenderungan untuk mencapai potensi perkembangan yang
maksimum.
10. Setiap
individu tumbuh dengan caranya sendiri yang unik.
Belajar
adalah perubahan perilaku sebagai fungsi pengalaman. Di dalamnya tercakup
perubahan-perubahan afektif, motorik dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh
sebab-sebab lain.
Albert
bandura (1969) menjelaskan sistem pengendalian perilaku belajar adalah
perubahan sebagai fungsi pengalaman. Didalamnya tercakup perubahan-perubahan
afektif, motorik dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh sebab-sebab lain.
Albert
bandura (1969) menjelaskan sistem pengendalian perilaku. Stimulus control.
Perilaku yang muncul dibawah pengendalian eksternal, seperti bersin, bernafas
dan mengedipkan mata. Outcome control. Perilaku yang dilakukan untuk mencapai
hasilnya, berorientasi pada hasil yang akan dicapai. Symbolic control. Perilaku
yang diarahkan oleh kata-kata yang dirumuskan, atau diarahkan oleh antisipasi
yang diimajinasikan dari hasil yang akan dicapai.
Beberapa
ide umum tentang pengalaman belajar:
1. Keterlibatan
dalam pengalaman belajar mempunyai pengaruh penting terhadap pembelajaran.
2. Suasana
yang bebas dan penuh kepercayaan akan menunjang kehendak peserta didik untuk
mau melaksakan tugas sekalipun memgandung resiko.
3. Strategi
yang mendalam dapat dipergunakan namun pengaruh penting terhadap beberapa aspek
seperti: usia,kematangan, kepercayaan dan pengahargaan terhadap orang lain.
4. Pada
umumnya pembelajaran berpengaruh kepada hal-hal khusus seperti menghargai orang
lain dan bersikap hati-hati kepada yang baru dikenal.
5. Terdapat
banyak pengaruh yang dapat dipelajari melalui model (orang tua dan guru) sedang
peserta didik berusaha menirunya.
Gaya
belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah
dalam situasi-situasi antara pribadi. Kepada guru diharapkan untuk menyadari
bahwa setiap orang mempunyai cara yang tertentu untuk mempelajari informasi
baru agar tercapai semaksimum mungkin. Pengalaman belajar seseorang sangat erat
kaitannya dengam gaya belajar, cara belajarnya, yang dipengaruhi oleh berbagai
variabel, yaitu faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan.
Pada
awal pengalaman belajar, langkah pertama yang perlu dilakukan ialah mengenali
modalitas kita masing-masing yaitu bagaimana menyerap informasi dengan mudah.
Apakah modalitas kita visual, yaitu belajar melalui apa yang dilihat,
audotorial yaitu melalui apa yang didengar, atau kinestetik yaitu melalui gerak
dan sentuhan.
Dalam
belajar, guru hendaknya mampu mengkomunikasikan materi dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan berbagai metode mengajar agar setiap anak dapat
menyerap dan memahaminya untuk kemudian digunakan pada saat diperlukan. Hal ini
dapat dicapai bila guru mengetahui karakteristik murid-muridnya yang visual,
yang auditorial maupun kinestetik.
Konsepsi
pengajaran tradisional yang mementingkan perkembangan intelektual kemudian
berubah. Sekolah yang modern lebih memerhatikan seluruh pribadi anak itu, baik
mengenai segi emosi, sosial, jasmani maupun segi intelektualnya. Sekolah
berusaha dengan sengaja mengembangkan semua aspek pribadi anak dengan
memberikan bahan pelajaran yang sesuai dan dengan cara penyampaian yang
bervariasi.
Sebenarnya
pribadi anak itu tidak dapat dipecah-pecah beberapa bagian yang terpisah-pisah.
Dalam segala tindakannya manusia itu bersikap sebagai suatu keseluruhan yang
utuh.
Perkembangan
Otak anak
Perkembangan
otak merupakan salah satu aspek perkembangan fisik peserta didik yang sangat
penting dipelajari dan dipahami oleh oang tua, guru atau calon guru. Hal ini
karena otak menjadi penentu utama keberhasilan prose pendidikan. Dengan kata
lain, susunan dan cara kerja otak sangat mempengaruhi kecerdasan seseorang.
Otak
adalah sebuah sistem biologis manusia yang sengaja diciptakan oleh Allah SWT.
Untuk mengindra dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya.
Otak ada untuk mengoptimalkan perilaku, sehingga tuubuh mampu menghadapi
tantangan dan kesempatan yang datang setiap saat. Pada saat yang sama, otak
juga membangkitkan kewaspadaan. Aktivitas sel saraf terorganisasi akan
dirasakan sebagai aktivitas mental yang teratur.
Karena
otak merupakan sentral dari semua aktivitas manusia, baik aktivitas organ yang
ada didalam maupun aktivitas pancaindra yang ada diluar, maka perkembangan otak
jelas mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap semua aspek perkembangan
lain. Dalam hal ini McDevittdan Ormrod (2002) menulis, “The human brain is a
complex organ that regulates basic physiological function (e.g.,respiration and
heart rate), sensation of pleasure and pain, motor skill and coordination,
emotional responsses and intellectual pursuits.“ Elizabeth B. Hurlock (1981)
juga menyatakan: “Growth and developmentof the brain and nervous system affect
all aspects of the child’s development.”
Jadi,
meskipun otak hanyalah suatu organ dengan berat sekitar 1,2 kg atau 2 % dari
berat seluruh tubuh, tetapi ia mempunyai peranan sangat penting dalam
mengendalikan seluruh fungsi tubuh lainnya, seperti mengingat, konsentrasi,
mengantuk, emosi, tingkah laku, dan sebagainya. Otak adalah organ yang paling
kompleks yang pernah dikenal di alam semesta ini. Otak adalah satu-satunya
bagian tubuh yang paling berkembang dan secara otomatis dalam mempelajari
dirinya senidir. Otak adalah organ yang apabila dirawat dan dipelihara secara
teratur dapat bertahan lebih dari seratus tahun. Tidak seperti organ-organ
tubuh lain, yang kian tua kian rusak, otak justru makin tua makin menunjukan
fungsi yang kian luas dan lebar. Kian tua usia seseorang, karena pengalaman
hidup bertambah banyak, interkoneksi antarsel saraf (neuron) kian padat dalam
otak. Otak memang dibentuk dan terus-menerus berubah, dalam jangka milidetik
demi milidetik, menurut pengalaman hidup masing-masing. Kelebihan otak terletak
pada sifat plastisnya, kapasitas otak untuk berubah dan berkembang (Taufiq
Paisak, 2003).
Perkembangan
otak juga dipengaruhi oleh interaksi hereditas dan lingkungan. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Johnson (1998), ”the constructive process by which
genes interact with their environtment to yield complex organic structures such
as the human brain and the cognitive processes it supports.”
Otak
mulai tumbuh dan berkembang
sejak bayi masih dalam kandungan,
tepatnya setelah usia kehamilan 8
minggu. Susunan saraf pusat atau otak merupakan
organ yang pertama kali terbentuk. Pada awalnya dimulai dengan pembentukan lempeng saraf (neural plate) pada sekitar hari ke-16 kehamilan. Kemudian, lempeng saraf ini menggulung membentuk tabung saraf (neural tube)
pada hari ke-22. Lalu, mulailah diproduksi
sel-sel saraf.
Pada hari ke35 kehamilan atau sekitar minggu kelima, mulai terlihat
cikal-bakal otak besar di
ujung tabung saraf. Selanjutnya,
terbentuklah batang otak, otak kecil
dan bagian-bagian lainnya. Mulai usia delapan
minggu kehamilan, terjadilah produksi
sel saraf luar biasa cepatnya, kira-kira
mencapai 250 ribu per detik. Pertumbuhan
dan perkembangan otak juga berlangsung
cepat sekali, terutama mulai di trimester
ketiga, kira-kira saat kehamilan berumur
25 minggu hingga anak berusia 2 tahun.
Proses
perkembangan otak seseorang, 90% terjadi
pada 5 tahun pertama hidupnya. Ini berarti
masa balita menjadi sangat penting bagi
perkembangan otak. Proses
perkembangan otak di setiap fase dipengaruhi
oleh faktor-faktor penting, yang
meliputi; pengalaman sehari-hari, respons
yang diterima, asupan nutrisi, aktivitas
dan yang tak kalah penting adalah
faktor genetis.
Janin
– 5 tahun. Di
lima tahun pertama kehidupan si kecil ini, fase
perkembangan otaknya terbagi atas dua
tahap : 0 – + 10 bulan (Janin). Pada masa ini bagian-bagian otak mulai terbentuk, neuron (sel saraf) mulai tumbuh. Ini adalah masa paling penting dalam proses perkembangan otak anak karena akan terbentuk lebih dari 100 milyar sel sel saraf / neuron.
Lahir
– 6 tahun.Setelah
lahir, fase perkembangan otak yang
dialami si kecil adalah pembentukan
hubungan-hubungan/koneksi
antara bermilyar-milyar sel saraf
yang sudah terbentuk dan pematangan
fungsi bagian-bagian otak yang
digunakan untuk mengontrol gerak
tubuh, berpikir, dan berpresepsi. Bagian otak yang paling berkembang pada fase ini adalah Frontal Lobes. Bagian otak ini mengembangkan emosi, kedekatan, proses perencanaan, dan daya ingat. Pengenalan dan rasa nyaman anak terhadap diri sendiri juga berkembang pesat pada masa ini, sementara pengalaman sehari-hari akan membentuk kenyamanan emosional.
Saat
berusia 6 tahun, berat otak anak telah
mencapai 95% berat otak orang dewasa
dan proses pematangan fungsi otak
pada periode tumbuh-kembang ini membutuhkan
energi dalam jumlah banyak
dibandingkan periode lain. Berikan anak berbagai kesempatan, dan respons dia dengan kasih sayang. Sebaliknya perlakuan negatif atau kasar akan memicu perkembangan emosi yang tidak stabil di masa depan.
Usia
sekolah
Proses
perkembangan otak di usia sekolah terus
berlangsung dan sebenarnya merupakan
bagian dari proses perkembangan
hingga dewasa (usia produktif,
siap bekerja) 7 – 12 tahun. Pada tahapan ini hubungan antarsaraf, atau dikenal sebagai ‘grey matter’ yaitu proses menyambungkan bagian-bagian
otak terus berlangsung dan diperkuat. Pengulangan stimulasi akan memperkat hubungan-hubungan yang telah terjalin. Jaringan lemak yang menyelimuti sel saraf atau sering disebut sebagai ‘white matter’ bertambah banyak, sehingga terjadi percepatan penyampaian sinyal yang berarti otak bekerja sangat baik untuk mengontrol sistem tubuh, dan hubungan antara sel saraf menjadi stabil.Pada tahapan ini, bagian yang paling terakhir mencapai kematangan adalah Prefrontal cortex. Bagian otak ini berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan,
juga pengambilan keputusan. Tak
heran jika banyak remaja terlihat sulit
mengendalikan tubuh mereka. Cenderung
bergerak cepat, atau sebaliknya
kikuk bergerak. Pada
usia ini, orang tua sebaiknya merangsang
anak untuk dapat mengendalikan
gerak tubuh. Caranya adalah
dengan mengajaknya berolahraga.
Umumnya gerakan- gerakan
olahraga memiliki tujuan tertentu
yang dapat merangsang anak menggerakan
tubuhnya, sehingga terlatih
dan terarah. Sesungguhnya
fase perkembangan usia ini berlangsung
hingga seseorang mencapai usia 22
tahun. Pada usia tersebut, otak akan mencapai
performa terbaik, dalam fungsi dan
respons.
Perbedaan Individual dan Jenis
Kebutuhan Anak Usia Sekolah Dasar
1. Perbedaan
Individual Anak Usia SD/MI
Perbedaan individual seorang anak akan
terjadi pada setiap aspek perkembangan anak itu. Aspek perkembangan tersebut
diantaranya adalah pada aspek perkembangan fisik, intelektual, moral, maupun
aspek kemampuan.
Perbedaan
pada aspek perkembangan fisik jelas terlihat dari perbedaan bentuk, berat, dan
tinggi badan. Selain itu, perbedaan fisik juga dapat diidentifikasi dari segi
kesehatan anak. Sedangkan perbedaan pada aspek perkembangan intelektual dapat
dilihat sejalan dengan tahapan usia, kemampuan anak pun meningkat. Namun
demikian, karena pengaruh berbagai faktor, kemampuan diantara anak-anak
tersebut bisa berbeda. Misalnya, si A pada usia 7 tahun sudah bisa membuat
suatu karangan yang bersifat aplikasi dari suatu konsep, tetapi si B pada usia
yang sama belum bisa melakukan hal yang dilakukan A.
Pieget
dan Kohlberg masing-masing mempunyai pandangan tersendiri tentang perbedaan
pada aspek perkembangan moral. Pieget mempunyai pandangan bahwa moralitas
berkembang pada dua tahap utama, yaitu tahap hambatan moralitas dan moralitas
kerja sama sedangkan Kohlberg melukiskan tiga tingkatan alasan moral, yaitu
pra-conventional morality, conventional morality dan post-conventional
morality.
Pebedaan
kemampuan seorang anak bisa mencakup perbedaan dalam berkomunikasi,
bersosialisasi atau perbedaan kemampuan kognitif. Faktor yang menonjol dalam
bentuk kemampuan kognitif adalah faktor pembentukan lingkungan alamiah dan yang
dubuat.
2. Jenis-jenis
Kebutuhan Anak Usia SD/MI
Istilah
"kebudayaan","dorongan", atau "motif" pada
kehidupan sehari-hari sering digunakan secara bergantian. Namun demikian,
secara konsep ada perbedaan diantaranya kebutuhan lebih megacu pada keadaan
dimana seseorang terdorong melakukan sesuatu karena adanya kekurangan pada
jaringan-jaringan didalam dirinya dan lebih bersifat fisiologis. Sedangkan
dorongan atau motif merupakan kebutuhan tingkat tinggi yang bersifat
psikologis.
Banyak
ahli dibidangnya melakukan penggolongan terhadap aspek-aspek kebutuhan, dan
pada umumnya bisa dikatakan sama intinya. Cole dan Bruce (1959) membagi
kebutuhan menjadi dua golongan yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis.
Sedangkan A.Maslow (1954) membagi kebutuhan menjadi 7 tingkatan atau jenjang
yang mendasar hingga kebutuhan yang paling
kompleks.
Dalam
kaitannya dengan perbedaan individu pada anak usia SD, digunakan penggolongan
kebutuhan oleh Lindgren (1980) berupa kebutuhan yaitu kebutuhan jasmaniah,
perhatian, dan kasih sayang, kebutuhan untuk memiliki dan aktualisasi diri.
Hurlock
(1978) menyatakan bahwa dalam pemenuhan beberapa kebutuhan anak, disiplin dapat
digunakan. Sedangkan DeCecco dan Grawford (1974) mengajukan 4 sikap guru dalam
memberikan dan meningkatkan motivasi siswa.
Perkembangan Anak Usia Sekolah
Menengah
Perkembangan
fisik pada masa ini terjadi
sangat cepat dan disebut masa pubertas, pubertas adalah waktu perkembangan fisik yang sangat cepat, menandakan
akhir masa kanak-kanak dan awal kematangan seksual.
Pertumbuhan
dan perkembangan fisik sangat nyata pada peserta didik usia ini, baik
perempuan
maupun laki-laki.
Waktu
pubertas pada setiap peserta didik berbeda-beda,
namun demikian pasti setiap peserta didik
akan mengalaminya, keduanya akan mengalami
perkembangan secara struktural dan hormonal
yang mencerminkan kesiapan reproduksi
seksual mereka. Kecepatan perkembangan seksual
remaja dewasa bervariasi, awal pubertas wanita dan
pria berada pada kisaran usia 6 sampai 7
tahun. Ketika memasuki usia 14 tahun misalnya,
seseorang
cenderung menunjukkan perkembangan yang
berbeda dengan yang lainnya.
Perkembangan
hormon “bertanggungjawab” bagi pengembangan
dari kedua karakter seks, baik seks primer
(primary sex characteristics), struktur yang
secara langsung berhubungan dengan
reproduksi maupun seks sekunder ( secondary sex
characteristics), struktur yang tidak
berhubungan langsung dengan reproduksi. Selama
masa kanak-kanak, laki-laki menghasilakan
hormon endrogen sama dengan perempun yang
menghasilkan hormon esterogen. Pada masa
pubertas, kelenjar pituitary merangsang
perubahan hormon diseluruh tubuh, termasuk
dalam kelenjar adrenal, endokrin. Waktu pubertas
merupakan hasil kombinasi dari faktor
genetik, lingkungan, dan kesehatan.
Perempuan
umumnya mulai pubertas beberapa tahun lebih awal
daripada anak laki-laki, sekitar usia 11-12
tahun. Peningkatan esterogen memicu
terjadinya pubertas pada anak perempuan. Sekitar
usia 12 atau 13 tahun perempuan mulai
menstruasi. Peningkatan hormon testosteron memicu
masa pubertas pada anak laki-laki sekitar
usia 12 hingga 14 tahun.
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja
antara lain :
1.
Faktor keluarga, yaitu meliputi faktor
keturunan
dan lingkungan keluarga
2.
Faktor gizi,
yang erat hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi
3.
Faktor
emosional, yang bertalian dengan gangguan emosional yang dialami selama
perkembangan
4.
Faktor jenis
kelamin, dimana laki-laki cenderung memiliki ukuran tubuh lebih tinggi dan
lebih berat dibanding wanita
5. Faktor kesehatan.
Pertumbuhan
fisik mempengaruhi perkembangan tingkah laku
remaja, yang hal ini tampak pada perilaku
yang canggung dalam proses penyesuaian diri
remaja, isolasi diri dari pergaulan, perilaku
emosional seperti gelisah dan mudah tersinggung
serta “melawan” kewenangan, dan
semacamnya.
1.
Masalah kesehatan
Masalah
kesehatan remaja erat kaitannya dengan status
ekonomi
sosial yang rendah, pola makan
yang
buruk, perawatan kesehatan yang tidak memadai,
berani mengambil kegiatan beresiko, masalah
kepribadian dan gaya hidup. Tiga kemungkinan
masalah kesehatan
utama
yaitu gangguan makan, depresi dan penyalah
gunaan
zat.
2.
Gangguan makan
Gangguan
makan dapat muncul akibat keasyikan dengan makanan
sehingga
dapat berdampak obesitas (obesity)
atau
kegemukan pada remaja. Obesitas disertai dengan
potensi stigma sosial,
tekanan
psikologis, dan masalah kesehatan kronis. Kebiasaan
mengurangi makanan untuk
menghindari
kegemukan bisa
juga berbahaya, dapat menimbulkan
anoreksia nervosa atau kelaparan. Anoreksia
yang khas adalah model remaja yang
menyiapkan makanan tapi sedikit memakan.
Dia mungkin perfeksionis dan mengalami distrorsi
persepsial
atas bahaya kegemukan. Erat kaitannya dengan
anoreksia adalah bulimia nervosa, berupa
gangguan yang mengikuti pola pembersihan makan
yang sudah dimakan, setelah makan sampai kenyang,
bulimia
muntah, mengambil obat pencahar atau olahraga
untuk membakar kalori yang baru saja
dimakan. Penyakit ini lebih umum menimpa
wanita dibanding
pria, para pakar belum mengetahui pasti
penyebab gangguan makanan ini.
3.
Depresi
Depresi
merupakan penyakit yang mengguncang kejiwaan,
sebanyak 40 persen remaja memiliki masa
depresi, jenis gangguan mood yang ditandai
dengan perasaan harga diri rendah dan tak berharga,
hilangnya minat dalam aktivitas
kehidupan, serta perubahan pola makan
dan tidur. Depresi remaja sering
disebabkan oleh perubahan hormon,
tantangan hidup, atau masalah
penampilan.
Perempuan remaja lebih banyak menderita
depresi atau stress berat dibanding laki-laki.
4.
Penyalah gunaan zat
Narkotika
sangat popular dikalangan remaja, obat-obatan
terlarang
seolah menjadi trend sebagai bentuk penegasan
diri sebagai remaja. Penggunaan narkoba di
negara berkembang diyakini jumlahnya
semakin bertambah besar.
Beberapa
remaja, termasuk peserta didik menyalahgunakan
zat atau obat-obatan telarang untuk
menghindari rasa sakit, mengatasi stress
sehari-hari, atau untuk kepentingan solidaritas
dengan teman-teman mereka. Penggunaan
alkohol dan nikotin atau
tembakau
merupakan kebiasaan karena mudah didapat
dan harga terjangkau. Bagi anak-
anak
tidak mampu sering membeli lem karet dan
menciumnya sampai teller sehingga suasana kesadaran
menjadi semu. Penyalahgunaan zat memerlukan
perhatian yang khusus dari berbagai
pihak
terutama orang tua, Karena jika mereka kecanduan
obat maka akan sangat sulit untuk dhilangkan.
A. Perkembangan
kognitif
Menurut
Pigeat, peserta didik mencapai tahap operasi
formal pada usia 12 tahun atau lebih, dimana
mereka mengembangkan alat baru untuk
memanipulasi informasi. Pada fase sebelumnya
ketika mereka sebagai anak-anak mereka hanya
berfikir konkret. Ketika memasuki tahap operasi
formal mereka bisa berfikir abstrak dan
deduktif. Peserta didik pada tahap ini juga
mempertimbangkan kemungkinan masa teman,
mencari jawaban kemungkinan, menangani
masalah dengan flexibel, menguji hipotesis, dan menarik
kesimpulan
atas kejadian yang mereka tidak mengalaminya
secara langsung.
B. Pengembangan
intelektual
Menurut
kamus Webster New World Dictionary of Ameriak
Languange, istilah intellect berarti: Kecapakan
untuk berfikir, mengamati atau mengerti,
kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan,
perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. Dengan
demikian kecakapan berbeda dari kemauan
dan perasaan.
Menurut
Robert Sternberg, kecerdasan terdiri dari
tiga aspek :
§ Kecerdasan
komponensial (componential intelligence)
adalah aspek kritis, bermakna kemampuan untuk menggunakan strategi pemrosesan informasi internal ketika
peserta didik
mengidentifikasi dan berfikir tentang pemecahan masalah dan mengevaluasi hasil.
Selain itu juga termasuk metakognisi yaitu
sebuah proses kesadaran kognitif seseorang, yaitu
suatu kemampuan pribadi yang oleh beberapa ahli di klaim sebagai sangat penting untuk
memecahkan aneka masalah.
§ Kecerdasan eksperiental adalah kemampuan
mentransfer pembelajaran secara efektif
untuk memperoleh keterampilan baru. Dengan kata
lain, kecerdasan eksperiental adalah kemampuan untuk membandingkan informasi
lama dengan baru, dan untuk menempatkan fakta bersama dengan cara- cara yang
asli. Individu yang kuat dengan kecerdasan pengalaman akan mampu mengatasi
dengan baik hal-hal baru dan cepat belajar membuat tugas-tugas baru secara otomatis.
§ Kecerdasan kontektual adalah kemampuan
untuk menerapkan kecerdasan praktis, termasuk
memiliki kepedulian sosial, budaya dan konteks historis. Individu yang kuat
dalam kecerdasan kontekstual dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan mereka,
dapat berubah ke lingkungan yang lainnya, dan bersedia memperbaiki lingkungan mereka bila
diperlukan.
Faktor
–faktor yang mempengaruhi intelektual seseorang
adalah :
§ Bertambahnya
informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif.
§ Banyak pengalaman dan latihan-latihan
memecahkan masalah sehingga
seseorang dapat berfikir proporsional.
§ Adanya kebebasan berfikir, menimbulkan
keberanian seseorang dalam penyusunan
hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan dan menunjang
keberanian anak memecahkan masalah dan menarik
kesimpulan yang baru dan benar.
C.
Pengembangan
moral dan penilaian
Moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu
perbuatan
dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan
sebagainya (Purwadarminto:1957:957), dalam
moral diatur segala perbuatan yang dinilai
tidak baik dan perlu didihindari. Moral berkaitan
dengan kemampuan untuk membedakan antara
perbuatan yang benar dan salah. Dengan demikian,
moral merupakan kendali bertingkah
laku.
Implikasi karakteristik Peserta Didik terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan
1. Pendidikan
Bagi Anak Usia Sekolah Dasar
Karakteristik
anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam
kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung. Oleh
karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur
permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar
dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat lagsung
dalam pembelajaran.
Menurut
Havighurst tygas perkembangan anak usia SD adalah sebagai berikut:
a. Menguasai
keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.
b. Membina
hidup sehat.
c. Bergaul
dan bekerja dalam kelompok.
d. Belajar
menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
e. Belajar
membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
f. Memperoleh
sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir efektif.
g. Mengembangkan
kata hati, moral, dan nilai-nilai.
h. Mencapai
kemandirian pribadi.
Dengan
adanya karakteristik perkembangan tersebut menuntut guru untuk:
a. Menciptakan
lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.
b. Melaksanakan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan
bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya berkembang.
c. Mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung
dalam membangun konsep; serta
d. Melaksanakan
pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai sehingga siswa mampu
menentukan pilihan dengan stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.
Pendidikan
di SD merupakan jenjang pendidikan yang mempunyai peranan sangat pentingdalam
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu,
pemerintah menetapkan pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun. Program wajib belajar ini bertujuan untuk mengkatkan pemerataan
kesempatan bagi setiap anak yang berusia 7-15 tahun untuk memperoleh pendidikan
serta untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia hingga mencapai
minimal kelas 3 SLTP.
Jenis
penyelenggaraan pendidikan pada jenjang sekolah dasar meliputi Sekolah Dasar
(SD) baik negri maupun swasta, SD kecil, SD Pamong, SD Luar Biasa baik negri
maupun swasta, SD terpadu, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) baik negri maupun
swasta.
2. Pendidikan
Bagi Anak Usia Sekolah Menengah
Karakteristik
yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai berikut:
a. Adanya
kekurangan seimbangan proporsi tinggi dan berat badan;
b. Mulai
timbulnya ciri-ciri sekunder;
c. Timbulnya
keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing;
d. Kecenderungan
ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul dengan banyak
orang serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orang tua;
e. Senang
membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan kenyataan
yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa;
f. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi
(keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan;
g. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil;
h. Kepribadinnya sudah menunjukan pola tetapi belum terpadu;
i.
Kecendrungan
minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas;
Berdasarkan pada karakteristik tersebut maka menuntut
guru dalam pembelajaran untuk:
a.
Menerapkan
model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas
topik-topikyang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi;
b.
Menyalurkan
hobi dan minat siswa melalui kegiatan-kegiatan yang positif;
c.
Menerapkan
pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok
kecil;
d.
Meningkatkan
kerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa;
e.
Menjadi
teladan atau contoh, serta
f.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar bertanggung jawab.
Satuan
pendidikan pada tingkat SLTP meliputi rumpun SLTP (SLTP negri dan swasta,
Madradah Tsanawiyah (MTs)negri dan swasta, SMP Kecil, dan SLTP Terbuka), SLTP
Luar Biasa (Sekolah Luar Biasa dan SLTP Terpadu), dan Pendidikan Luar Sekolah
(Paket B, ujian Persamaan SLTP, Diniyah Wustho dan Pondok Pesantren).
Satuan
pendidikan pasa tingkat SLTA meliputi Sekolah Menengah Umum(SMU), Sekolah
Menengah Kejuruan(SMK), dan Madrasah Aliyah negri dan swasta, serts Pondok
Pesantren.
Sumber:
-
Danim, Sudarman. 2010. Perkembangan
Peserta Didik.
Bandung: Alfabeta.
-
Suhada,
Idad. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
CV.Insan Mandiri.
-
Desmita.2009.
Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar