Perkembangan Fisik Anak
Perkembangan
fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis merupakan salah satu aspek
penting dari perk embangan individu. Menurut Seifert dan Hoffnung,
(1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti:
pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan
berat, hormon dll), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam
menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan
perkembangan seksual), serta perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan
fungsi jantung, penglihatan, dan sebagainya).
Secara garis
besarnya, pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi atas
tiga tahap, yaitu tahap setelah lahir hingga usia tiga tahun, tahap anak-anak
hingga masa prapubertas (3-10 tahun), tahap pubertas (10-14 tahun), dan tahap
remaja/adolensen (usia 12 tahun keatas). Berdasarkan tahapan diatas, maka anak
usia sekolah(SD-SMP) dimasukkan dalam prapubertas dan pubertas awal, sedangkan
anak SMP hingga SMA dimasukkan dalam tahap remaja.
Karakteristik Perkembangan Fisik Peserta Didik
Bagi sebagian
besar anak, awal masuk kelas satu sekolah dasar merupakan peristiwa penting
bagi anak. Dengan masuknya anak kesekolah dasar akan membawa akibat pada
perubahan besar dalam pola kehidupannya, seperti perubahan dalam sikap, nilai,
dan perilaku.
Dilihat dari
segi pertumbuhan dan perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar ini merupakan
periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang
secara seksual pada saat dimana pertumbuhan berkembang pesat. Karena itu, masa
ini sering disebut sebagai "periode tenang" sebelum pertumbuhan yang
cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan "masa tenang", tetapi
hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan
fisik yang berarti.
-
Keadaan berat dan tinggi badan Anak Usia Sekolah
Sampai dengan
usia sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas berkembang lebih
lambat dari pada bagian bawah. Anggota-anggota badan relatif masih pendek,
kepala dan perut relatif masih besar. Selama masa akhir anak-anak, tinggi
bertumbuh sekitar 5 hingga 6 % dan berat bertambah sekitar 10 % setiap tahun.
Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg
(Mussen, Conger & Kagan, 1969).
-
Masa Pubertas (10-14 tahun)
Pada akhir usia
sekolah, anak akan segera memasuki masa yang disebut dengan “pubertas” (berasal
dari bahasa Latin “pubescere”, artinya mendapat rambut kemaluan), yakni masa
awal terjadinya pematangan seksual. Dalam rangkaian proses pekembangan
seseorang, masa puber tidak mempunyai tempat yang jelas. Sulit membedakan
antara masa puber dengan masa remaja karena masa puber adalah bagian dari masa
remaja dan pubertas sering dijadikan sebagai pertanda awal seseorang memasuki
remaja. Ketika seorang anak mengalami pubertas, berarti dia anggap sudah
memasuki masa remaja, yakni masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Waktu datangnya
masa pubertas tidak dapat diketahui secara pasti. Ada anak-anak yang memulai
masa pubertasnya pada usia yang lebih awal dan ada pula yang lebih belakangan.
Biasanya, anak perempuan mulai memasuki masa pubertas lebih awal 2 tahun
dibandingkan dengan anak laki-laki. Menurut sejumlah ali perkembangan, pada
anak perempuan pubertas terjadi sekitar usia 10 tahun, sedangkan pada anak
laki-laki terjadi pada usia sekitar 12 tahun.
-
Perubahan Fisik
Pada masa
pubertas ini terjadi perubahan fisik secara dramatis atau apa yang disebut
dengan “growth spurt” (percepatan pertumbuhan), dimana terjadi perubahan dan
percepatan pertumbuhan diseluruh bagian dan dimensi fisik (Zigler &
Stevenson, 1993), naik pertambahan berat dan tinggi badan, perubahan dalam
proporsi dan bentuk tubuh, maupun pencapaian kematangan seksual (Papalia, Old
& Feldman, 2008).
Secara umum,
perubahan-perubahan fisik dalam masa pubertas disebabkan oleh matangnya
kelenjar pituitari, yakni kelenjar endoktrin yang berhubungan dengan otak,
tepat dibawah kelenjar hipotalamus. Kelenjar ini mengeluarkan beberapa hormon,
hormon gonadotropik (hormon yang merangsang kegiatan didalam gonad), dan hormon
kortikotropik (hormon yang mengatur fungsi-fungsi kulit adrenal).
-
Proporsi Tubuh
Perubahan-
Perubahan dalam proporsi tubuh selama masa pubertas, juga terlihat pada perubahan
ciri-ciri wajah, dimana wajah anak-anak mulai menghilang, seperti dahi yang
semula sempit sekarang menjadi lebih luas, mulut melebar, dan bibir menjadi
lebih penuh. Disamping itu dalam perubahan struktur kerangka, terjadi
percepatan pertumbuhan otot, sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan
jumlah lemak dalam tubuh. Perkembangan otot dari kedua jenis kelamin terjadi
dengan cepat ketika tinggi meningkat. Akan tetapi, perkembangan otot anak
laki-laki lebih cepat, dan mereka memiliki lebih banyak jaringan otot, sehingga
anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan.
-
Kematangan Seksual
Kematangan
seksual merupakan suatu rangkain dari perubahan –perubahan fisik yang terjadi
pada maa pubertas, yang ditandai pada ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks
sekunder. Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu,
tetapi urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak, dan terdapat
perbedaan individual dalam umur dari perubahan-perubahan tersebut.
-
Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah Dasar
Pada usia sekolah, perkembangan motorik anak lebih halus,
lebih sempurna, dan terkoordinasi dengan baik, seiring dengan bertambahnya
berat dan kekuatan badan anak. Anak-anak sudah terlihat mampu mengontrol dan
mengkoordinasikan gerakan anggota tubuhnya seperti tangan dan kaki dengan baik.
Otot-otot tangan dan kakinya sudah mulai kuat sehingga berbagai aktivitas fisik
seperti menendang, melompat, melempar, menangkap dan berlari dapat dilakukan
seacara lebiha akurat dan cepat. Disamping itu, anak juga makin mampu menjaga
keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok melakukan
bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga berkembang pesat.
Perkembangan
Intelektual dan Kalainan Mental
Perkembangan intelektual atau sering
juga disebut perkembangan intelegense atau perkembangan kognitif merupakan hal
yang sangat penting dalam perkembangan individu manusia. Karena denfan
intelektual yang dimilikinya, manusia dicap sebagai makhluk yang sempurna bila
dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lainnya. Dengan intelektualnya ini pula,
manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Usia
4 tahun intelektual anak adalah 50 % dari otak dewasa, pada usia 9 tahun
kemampuan intelektualnya sebesar 80 % dan pada usia 19 tahun adalah 100 %.
1. Anatomi
Otak Anak
Dalam otak anak terdapat apa yang
dinamakan korteks,talamus,hippocampus, dan amigadla. Korteks adalah bagian otak
berfikir otak dan berfungsi mengendalikan emosi melalui pemecahan masalah,
bahasa, daya ingat dan proses kognitif lainnya. Didalam pusat otak sistem
limbik merupakan bagian emosional anak. Sistem ini meliputi talamus, yang
mengirimkan pesan-pesan ke korteks; hippocampus yang berperan dalam ingatan dan
penafsiran persepsi dan amigdala pusat pengendalian emosi.
Susuan otak dan cara otak bekerja
mempengaruhi kecerdasan seseorang,
baik itu kecerdasan intelejensi ataupun kecerdasan
emosional.
2. Intelegence
Quotient dan Emotional Quotient
Intelegence Quotient atau IQ
biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif seorang anak. Kemampuan
kognitif menurut Pieget dibagi menjadi 4 tahap; yaitu tahap senso motorik (sejak lahir sampai dengan usia 7 tahun), tahap
pra-operasional (usia 2-7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7-11 tahun)
dan tahap operasional formal (usia 12 tahun ke atas).
Tahap operasi konkret menurut
Piaget, kadang-kadang anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi
konkret, yaitu pada waktu anak dapat berfikir secara logis mengenai segala
sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini berusia kira-kira 11 tahun.
Kemampuan kognitif dapat
dikembangkan sejak dini. Namun beberapa kemampuan dasar yang menjadi modal
kemampuan kognitif adalah:
a. Kemampuan
berbahasa
b. Kemampuan
membaca dan menulis
c. Kemampuan
mengenali jati diri dan mengolah diri.
Emotional Quotient atau sering
disebut EQ merupakan kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri, kemampuan
untuk mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri, kemampuan untuk mengenali orang lain dan
kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain (Peter Salovey,Universitas
Harvard dan John Mayer, Universitas New Hamshire).
Kecerdasan emosional bukan
didasarkan pada kepintaran (kognitif) seorang anak, melainkan pada suatu yang
dahulu disebut karakteristik pribadi atau "karakter".
Kriteria EQ menurut John Mayer
adalah sebagai berikut:
a.
Empati
b.
Mengungkapkan dan memahami perasaan
c.
Mengendalikan amarah
d.
Kemandirian
e.
Kemampuan memyesuaikan diri
f.
Disukai
g.
Kemampuan memecahkan masalah antar
pribadi
h.
Ketekunan
i.
Kesetiakawanan
j.
Kerahaman
k.
Sikap hormat
Hal yang terpenting bagi orang tua
dan pendidik adalah memberikan rangsangan IQ dan EQ kepada anak secara seimbang
dengan cara mengetahui proses perkembangan otak anak, yaitu dengan cara memberi
banyak rangsangan dan contoh-contoh (baik visual ataupun audio) yang baik.
Kelainan
mental atau gangguan mental atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku
yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak dianggap
sebagai bagian dari perkembangan normal manusia.
Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi
afektif, perilaku , komponen kognitif
atau persepsi yang berhubungan dengan
fungsi tertentu pada daerah otak atau
sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial
manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang
kondisi kesehatan mental telah berubah
sepanjang perubahan waktu dan perubahan
budaya, dan saat ini masih terdapat
perbdaan tentang definisi, penilaan
dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di
sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau
beberapa tipe umum dari kelainan mental.
Penyebab
Penyebab gangguan mental bervariasi
dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan.
Layanan untuk penyakit ini terpusat di rumah
sakit jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater ,
psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya jawab. Perawatan
klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental. Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua pilihan
pengobatan umum, seperti
juga intervensi sosial, dukungan
lingkungan, dan pertolongan diri.
Pada beberapa kasus terjadi
penahanan paksa atau
pengobatan paksa dimana hokum membolehkan.
Stigma atau diskriminasi dapat
menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi
dengan kelainan mental (atau terdiagnosa
kelainan mental atau dinilai memiliki
kelainan mental) yang akan mengarah ke berbagai gerakan sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial.
Definisi
dan klarifikasi
Definisi dan klasifikasi kelainan
mental adalah kunci untuk peneliti sebagaimana juga penyedia layanan dan mereka yang mungkin terdiagnosa.
Keterlambatan dan Kelainan Bahasa
Menurut para pakar, perkembangan
fungsi berbahasa merupakan proses paling
kompleks diantara seluruh fase perkembangan (Hardiono Pusponegoro, 2003). Fungsi berbahasa seringkali menjadi indikator
paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelek. Bersama-sama
dengan perkembangan sensori motorik,
perkembangan fungsi bahasa
akan menjadi fungsi perkembangan
sosial.
Perkembangan bahasa memerlukan
fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi reseptif
adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik dan nada suaru dan akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif
adalah kemampuan anak untuk mengutarakan pikirnnya, dimulai dari komunikasi
preverbal (sebelum anak
dapat berbicara), komunikasi dengan
ekspresi wajah, gerakan tubuh dan akhirnya
dengan menggunakan kata-kata.
Kemungkinan adanya kesulitan berbahasa harus difikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan unit bahasa yang sesuai untuk umurnya. Unit bahasa tersebut dapat berupa suara, kata, dan kalimat.
Selanjutnya fungsi berbahasa
diatur pula oleh aturan tata bahasa,
yaitu bagaimana suara membentuk kata,
kata membentuk kalimat yang benar dan seterusnya.
Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15%
anak, dan merupakan kelainan perkembangan
yang paling sering terjadi.
Sebanyak 1% anak yang mengalami keterlambatan bicara, tetap tidak dapat bicara. 30% diantara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan
sembuh sendiri, tetapi 70% diantaranya akan mengalami kesulitan berbahasa, kurang
pandai atau berbagai kesulitan belajar lainnya.
Seorang anak mengalami
keterlambatan perkembangan
bahasa jika tidak mau tersenyum
sosial sampai 10 minggu, tidak
mengeluarkan suara sebagai jawaban pada
usia 3 bulan, tidak
ada perhatian terhadap sekitar sampai usia
8 bulan, tidak
bicara sampai usia 15 bulan,
tidak
mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan
Penyebab gangguan bicara dan
berbahasa ini antara lain
karena:
·
Sistem syaraf pusat (otak): termasuk ini adalah kelainan mental, autism, gangguan perhatian, serta kerusakan otak.
·
Adanya gangguan pendengaran, gangguan penglihatan maupun kelainan organ
bicara.
·
Faktor emosi dan lingkungan: yaitu anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga
mengalami kurang makan
atau child abuse, maka kelainan
berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya
bukan deprivasi semata-mata tetapi
juga kelainan saraf karena kurang gizi atau
child abus; mutisme
selektif, biasanya terlihat
pada anak berumur 3-5 tahun, yaitu tidak
mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya
di sekolah atau bila ada orang tertentu atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya
anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi.
Sumber
:
·
Desmita.2009.Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
·
Suhada,
Idad. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
CV.Insan Mandiri.
·
Ryano
hack.2010.keterlambatan dan kelainan bahasa.[Online]Tersedia: https://hackz-zone.blogspot.com/2010/04/keterlambatan-dan-kelainan-bahasa.html?m=1
·
Wikipedia.2015.Gangguan
mental.[Online]Tersedia: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gangguan_mental
Tidak ada komentar:
Posting Komentar